Bonsai merupakan sebuah upaya seni untuk mengkerdilkan tanaman sebagai represintasi dari keindahan panorama alam yang penuh dengan beraneka ragam pepohonan, baik bentuk jenis dan warnanya.
Keadaan tersebut tentu saja sangat membatasi keinginan para penggemar keindahan alam untuk memiliki dan memelihara pohon-pohon yang tinggi dan besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, beratus-ratus tahun yang lampau bangsa Tiongkok dan Jepang mencoba teknik penanaman pohon di dalam pot. Mereka berusaha mendekatkan tanaman yang berumur panjang tersebut hingga bisa menikmati keindahannya setiap saat.
Tanaman yang dipelihara secara khusus di dalam pot puluhan tahun lamanya, tentu tidak dapat tumbuh secara normal. Pohon-pohonan hambatan pertumbuhan, yang semula dapat tumbuh beberapa meter tingginya dengan pemeliharaan khusus tersebut pertumbuhnya menjadi kerdil. Selain kerdil tanaman ini juga dimanipulasi agar memiliki bentuk yang menarik sesuai dengan kreatifitas pemeliharanya.
Membentuk tanaman yang kerdil dan memeliharanya hingga beberapa ratus tahun lamanya, merupakan suatu seni sendiri. Bentuk kekerdilan pohon tersebut dipertahankan dan diwariskan pada keturunannya oleh pencipta pertamanya.
Seni "pohon kerdil" ini yang sebenarnya mulai dikembangkan di Tiongkok sejak abad sebelas, mulai masuk ke Jepang pada abad lima belas. Di Jepang diberi teknik atau seni mengkerdilkan tanaman ini diberi nama "bonsai". Gambar-gambar bonsai ini banyak menghiasi barang-barang keramik yang cukup indah.
Seni bonsai dari Jepang setelah perang dunia II menjalar ke dunia barat dan Amerika Serikat. Akhirnya negara lain pun ikut serta dalam seni pengerdilan pohon.
Tidak bisa dibayangkan betapa besar ketabahan tanaman yang semestinya dapat tumbuh tinggi tegak lurus, tapi dipaksa untuk tumbuh melengkung dan tetap kerdil. Namun, tanaman adalah tanaman, yang bersifat pasif. Dilengkungkan bisa, dipotong bisa, dibuat tumbuh miring juga bisa, dan sebagainya. Asal, yang memperlakukannya tahu bagaimana cara memaksa tanaman yang akan dikerdilkan. Bila rahasia pengkerdilan sudah ditemukan, maka tanaman yang telah kerdil itu akan menyuguhkan keindahan dengan bentuk yang menarik dan mengesankan, sehingga pemiliknya mencintai kreasinya.
Pada mulanya penggemar tanaman kerdil mencari bahannya di alam bebas, yaitu tanaman yang tumbuhnya merana namun masih survive, untuk ditanam di dalam pot. Kemudian tanaman ini dipelihara dengan mempertahankan bentuk aslinya. Lambat laun, tanaman yang kerdil tersebut jarang didapatkan di alam bebas. Padahal kegemaran membuat bonsai masih tetap tinggi. Situasi dan kondisi tersebut memaksa penggemar-penggemar bonsai maupun pengusaha tanaman bonsai mengusahakan secara besar-besaran. Mulai abad kesembilan belas, pencarian atau pengumpulan bahan bonsai di alam bebas dihentikan. Pembentukan bonsai dimulai dari pembibitan dan dilahirkanlah bayi-bayi bonsai. Bentuk bayi bonsai ini berupa semai, stek, maupun cangkok. Sistem ini berkembang dan meluas ke dunia barat hingga Amerika Serikat.
Pada hakikatnya seni bonsai adalah meniru atau membuat tiruan dari bentuk tanaman yang ada di alam bebas yang tumbuhnya merana akibat keganasan alam. Pohon-pohon yang kerdil ini di Indonesia juga disebut dengan nama bonsai dan sudah dikembangkan dan dijual-belikan dengan harga puluhan ribu rupiah. Ini suatu per tanda yang baik, bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai mengagumi seni bonsai.
Bagian tanaman dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian vegetatif (organum nutritivum) dan bagian generatif (organum reproductivum). Landasan membuat bonsai biasanya dilakukan dengan mengambil bagian vegetatif saja, karena bagian generatif kurang peranannya dalam membentuk bonsai.
Air dan matahari dalam proses fotosintesis merupakan faktor penentu keberhasilan. Ketiga zat tersebut di atas merupakan zat makanan bagi bagian tanaman di atas tanah maupun untuk perakaran. Tanpa hasil fotosintesis akar akan menderita. Mula-mula busuk dan akhirnya mati. Apabila akar mati, bagian yang di atas tanah secara konsekuen akan ikut mengering.
Selain menghasilkan ketiga zat tersebut, daun masih dapat menghasilkan lain-lain zat, misalnya vitamin B1 yang berfungsi sebagai zat penumbuh akar, berbagai jenis enzim, dan sebagainya.
Khususnya pucuk ranting dapat menghasilkan zat auksin, sejenis hormon nabati yang berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan. Hormon auksin ini disalurkan ke arah bawah dan apabila mengumpul pada ketiak-ketiak daun yang ada kuntumnya, maka hormon ini akan berfungsi sebagai zat penghambat tumbuh yang dalam Bahasa Belanda disebut remstof. Remstof ini akan aktif kembali bila produksi auksin dari pucuk terhenti, misalnya karena dipangkas.
Dari uraian yang singkat tersebut dapat disimpulkan, bahwa bila pertumbuhan pucuk senantiasa terhadang sebagai akibat dari pemangkasan, maka tanaman akan sangat kekurangan hormon pertumbuhan. Perakarannya pun terbatas. Namun kehidupannya tetap bertahan karena tanaman masih dapat menghasilkan vitamin B1 dari daun yang sudah tua.
Pengendalian produksi hormon auksin ini merupakan salah satu faktor untuk memperlambat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil.
Selain itu, daun pada tanaman bonsai juga berfungsi sebagai pembentuk nilai seni, sehingga pada saat melakukan pemangkasan daun juga hurus memperhatikan keindahan tanaman.
Sejarah Bonsai
Bagi yang sering menikmati keindahan alam tersebut, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah pasti memiliki keinginan untuk menanam keindahan pepohonan tersebut. Masalah tempat atau lahan, bagi yang memiliki halaman luas mungkin tidak kesulitan. Akan tetapi hal itu pun tidak menjamin bahwa pohon yang kita tanam akan segera tumbuh. Dan tentu saja membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa tumbuh besar seperti di alam.Keadaan tersebut tentu saja sangat membatasi keinginan para penggemar keindahan alam untuk memiliki dan memelihara pohon-pohon yang tinggi dan besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, beratus-ratus tahun yang lampau bangsa Tiongkok dan Jepang mencoba teknik penanaman pohon di dalam pot. Mereka berusaha mendekatkan tanaman yang berumur panjang tersebut hingga bisa menikmati keindahannya setiap saat.
Tanaman yang dipelihara secara khusus di dalam pot puluhan tahun lamanya, tentu tidak dapat tumbuh secara normal. Pohon-pohonan hambatan pertumbuhan, yang semula dapat tumbuh beberapa meter tingginya dengan pemeliharaan khusus tersebut pertumbuhnya menjadi kerdil. Selain kerdil tanaman ini juga dimanipulasi agar memiliki bentuk yang menarik sesuai dengan kreatifitas pemeliharanya.
Membentuk tanaman yang kerdil dan memeliharanya hingga beberapa ratus tahun lamanya, merupakan suatu seni sendiri. Bentuk kekerdilan pohon tersebut dipertahankan dan diwariskan pada keturunannya oleh pencipta pertamanya.
Seni "pohon kerdil" ini yang sebenarnya mulai dikembangkan di Tiongkok sejak abad sebelas, mulai masuk ke Jepang pada abad lima belas. Di Jepang diberi teknik atau seni mengkerdilkan tanaman ini diberi nama "bonsai". Gambar-gambar bonsai ini banyak menghiasi barang-barang keramik yang cukup indah.
Seni bonsai dari Jepang setelah perang dunia II menjalar ke dunia barat dan Amerika Serikat. Akhirnya negara lain pun ikut serta dalam seni pengerdilan pohon.
Seni Bonsai di Jepang
Seni bonsai di Jepang pada hakikatnya tumbuh sebagai Kelanjutan dari sifat orang-orang Jepang sendiri, yang sangat menyukai keindahan alam yang beraneka ragam bentuk dan warna. Tanaman kerdil yang aneh bentuknya namun sehat pertumbuhannya di dalam pot dipandangnya sebagai simbol dari sifat daya tahan atau "survive". Tahan terhadap keganasan alam bebas yang dapat merusak namun sekaligus menciptakan tanaman yang kuat bertahan hidup.Tidak bisa dibayangkan betapa besar ketabahan tanaman yang semestinya dapat tumbuh tinggi tegak lurus, tapi dipaksa untuk tumbuh melengkung dan tetap kerdil. Namun, tanaman adalah tanaman, yang bersifat pasif. Dilengkungkan bisa, dipotong bisa, dibuat tumbuh miring juga bisa, dan sebagainya. Asal, yang memperlakukannya tahu bagaimana cara memaksa tanaman yang akan dikerdilkan. Bila rahasia pengkerdilan sudah ditemukan, maka tanaman yang telah kerdil itu akan menyuguhkan keindahan dengan bentuk yang menarik dan mengesankan, sehingga pemiliknya mencintai kreasinya.
Pada mulanya penggemar tanaman kerdil mencari bahannya di alam bebas, yaitu tanaman yang tumbuhnya merana namun masih survive, untuk ditanam di dalam pot. Kemudian tanaman ini dipelihara dengan mempertahankan bentuk aslinya. Lambat laun, tanaman yang kerdil tersebut jarang didapatkan di alam bebas. Padahal kegemaran membuat bonsai masih tetap tinggi. Situasi dan kondisi tersebut memaksa penggemar-penggemar bonsai maupun pengusaha tanaman bonsai mengusahakan secara besar-besaran. Mulai abad kesembilan belas, pencarian atau pengumpulan bahan bonsai di alam bebas dihentikan. Pembentukan bonsai dimulai dari pembibitan dan dilahirkanlah bayi-bayi bonsai. Bentuk bayi bonsai ini berupa semai, stek, maupun cangkok. Sistem ini berkembang dan meluas ke dunia barat hingga Amerika Serikat.
Pada hakikatnya seni bonsai adalah meniru atau membuat tiruan dari bentuk tanaman yang ada di alam bebas yang tumbuhnya merana akibat keganasan alam. Pohon-pohon yang kerdil ini di Indonesia juga disebut dengan nama bonsai dan sudah dikembangkan dan dijual-belikan dengan harga puluhan ribu rupiah. Ini suatu per tanda yang baik, bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai mengagumi seni bonsai.
Nama-nama Bonsai di Jepang
Seni bonsai di Jepang sudah menghasilkan karya yang cukup mengagumkan, dengan beraneka ragam bentuk dan rangkaiannya. Pemberian nama bonsai biasanya berdasarkan tinggi, bentuk, dan banyaknya tanaman yang dirangkai. Sehingga dikenal beberapa jenis bonsai.Berdasarkan tingginya tanaman bonsai dibagi menjadi
- Mame bonsai, berukuran sangat mini 12,5-15 cm. Potnya tidak lebih besar dari cawan tempat minum sake.
- Ko bonsai, tingginya 15-30 cm. Jenis bonsai ini sangat terkenal. Tinggi bonsai dibanding dengan tinggi pot, antara 3 : 1. Tinggi tanaman diukur dari atas tanah di dalam pot.
- Chiu bonsai, tingginya hingga 60 cm sehingga mudah untuk ditangani
- Dai bonsai. Dai berarti besar, maka tinggi dai bonsai lebih dari 60 cm. Potnya berukuran lebih besar dan berat sehingga tidak mudah dipindah-pindahkan. Oleh karena itu penempatannya sering di kebun atau taman-taman.
Berdasarkan bentuknya tanaman bonsai dibagi menjadi
- Chokkan bila batang pokoknya tegak lurus.
- Tachiki bila batang pokoknya tegak dan berliku-liku.
- Han kengai, batang pokoknya tumbuh setengah menggantung.
- Kengai, batang pokok menggantung seperti air terjun.
- Shakan bentuk batang pokoknya agak miring.
Berdasarkan banyaknya tanaman yang dirangkai dalam satu pot tanaman bonsai dibagi menjadi
- Yose-ue, bila dirangkai 3-4 batang pohon dengan gabungan 2 pohon tinggi dan 1 pohon rendah atau 1 pohon tinggi dengan 2 pohon rendah.
- Kabumono, satu batang pokok dengan satu atau lebih batang sekunder yang mempunyai ketinggian tertentu, terdiri dari 2 batang atau lebih.
- Ne-suranari, bila beberapa batang pokok tumbuh dekat pangkal akar.
- Ishi tsuki, batang pokok tumbuh dengan perakaran yang melingkari batu.
- Bonkei, bentuk kebun mini dari pepohonan mini yang dirangkai dengan cara lain, misalnya batu-batuan, boneka, dan sebagainya.
- dalam sebuah pot dapat ditanam sebatang pohon atau lebih,
- batang pokok dapat berbentuk tunggal atau lebih,
- bentuk batang pokok dapat tegak lures atau berkelok-kelok,
- sikap batang pokok dapat tegak, miring, atau setengah menggantung,
- leher akar dapat tumbuh rata dengan tanah atau berada di atas tanah seperti halnya akar bersirip pada tanaman getah perca, dan
- bonsai dapat dirangkai dengan benda-benda lain.
Organ-organ Tanaman Bonsai dan Sifatnya
Hingga saat ini tanaman bonsai pada umumnya termasuk keluarga dikotil atau tanaman yang bijinya berkeping dua. Maka dari itu uraian tentang bagian-bagian tanaman bonsai di bawah ini khusus ditunjukkan terhadap tanaman yang berkeping dua.Bagian tanaman dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian vegetatif (organum nutritivum) dan bagian generatif (organum reproductivum). Landasan membuat bonsai biasanya dilakukan dengan mengambil bagian vegetatif saja, karena bagian generatif kurang peranannya dalam membentuk bonsai.
Pembagian vegetatif untuk membuat bonsai
- Bagian tanaman yang berada di atas tanah berupa batang pokok, dahan, ranting, dan daun. Berada di lingkungan udara terbuka dan lembap, serta tertimpa sinar matahari dan suhu udara yang tidak merata.
- Bagian yang berada di dalam tanah, yaitu perakaran yang tumbuhnya ke bawah atau ke dalam tanah dan bersifat menghindari sinar matahari.
Bagian ini terdiri atas akar tunjang dan akar lateral.- Akar tunjang atau ,akar pokok yang tumbuhnya lurus ke bawah.
- Akar lateral yang tumbuhnya mendatar dan keluar dari dekat leher akar. Akar lateral ini disebut pula feeders. Akar ini pun dapat bercabang-cabang dan beranting dan berakhir pada akar serabut yang fungsinya khusus untuk mengisap zat makanan yang larut dalam air.
Sifat dan fungsi bagian vegetatif untuk membuat bonsai
- Batang pokok
Dapat meningkatkan tinggi karena dilengkapi dengan titik tumbuh pada pucuknya. Lingkaran batangnya pun dapat membesar karena dilengkapi dengan jaringan khusus yang disebut kambium. Letak kambiurn di atas kayu dan di bawah kulit. Tinggi batang pokok dapat dihentikan dengan membuang titik tumbuh. Bila titik tumbuh hilang, sebagai reaksinya kuntum-kuntum di ketiak bagian bawah akan tumbuh. Terbentuklah pucuk atau ujung batang pokok baru. - Dahan
Tumbuh dari kuntum yang berada di ketiak daun pada batang pokok yang masih muda. Tumbuhnya mendatar atau membentuk sudut kurang dari 90 derajat. Dengan adanya dahan-dahan tersebut akan terbentuk mahkota pohon yang konis, piramidal, bulat telur, bulat panjang, dan sebagainya. Perpanjangan dahan dapat dihentikan dengan memotong titik tumbuhnya. Reaksinya akan mempercepat pertumbuh ranting. - Ranting
Tumbuhnya dari kuntum yang berada di ketiak dahan. Dapat tumbuh ke arah yang beranekaragam, namun rata-rata tumbuh keluar arah dahan. Pertumbuhan ranting dapat dihentikan dengan reaksi membentuk ranting-ranting baru. - Kuntum
Kuntum dapat berada di titik tumbuh, ketiak daun, dan ada pula yang terpendam (tidak kelihatan) yang setiap waktu dapat tumbuh sebagai ranting atau dahan baru. Kuntum ini diberi nama kuntum adventif. Dari kuntum ini dapat keluar ranting baru.
Batang pokok, dahan, maupun ranting dapat diubah arah pertumbuhannya bila masih muda, karena batangnya masih lemas (elastis). - Akar
Akar sifatnya menghindari sinar matahari. Sifat ini disebut negatif fototropis. Pertumbuhan akar tidak kaku, yang berarti dapat menyesuaikan diri dengan ruang sekitarnya di mana mereka berada. Misalnya akar tunjang menjadi lateral bila tumbuhnya terhalang oleh suatu benda yang tidak dapat ditembus. Sebagai contoh, akar tanaman di dalam pot atau keranjang akan melingkar-lingkar bila sudah tua umurnya. Akar dapat dipangkas untuk menghasilkan cabangcabang baru yang dikehendaki atau untuk diremajakan. Akar sifatnya mudah mengering bila diletakkan di udara terbuka, atau bila tanpa pembungkus.
Dikenal jenis-jenis akar yang khas dan sering kelihatan pada tanaman bonsai, ialah :- akar angin, yang tumbuh dari dahan atau batang pokok (pohon beringin)
- akar sirip, berbentuk sirip, tumbuh dari dekat pangkal akar, kelihatan jelas di atas tanah. Contoh; akar sirip dari getah perca (Ficus elastica).
Fungsi Bagian Tanaman
Organ-organ tanaman yang berada di atas tanah tidak dapat dipisahkan dari organ-organ yang berada di dalam tanah. Akibat pertumbuhan perakaran akan berdampak pada pertumbuhan batang pokok, dahan, dan sebagainya.Fungsi daun pada bonsai
Daun merupakan pusat untuk menghasilkan zat karbohidrat, protein, dan lemak. Ketiga zat ini dibentuk melalui proses fotosintesis. Yang diperlukan dari proses tersebut adalah:- hijau daun yang sehat,
- sinar matahari,
- udara yang mengandung zat asam arang (CO2), dan
- air.
Air dan matahari dalam proses fotosintesis merupakan faktor penentu keberhasilan. Ketiga zat tersebut di atas merupakan zat makanan bagi bagian tanaman di atas tanah maupun untuk perakaran. Tanpa hasil fotosintesis akar akan menderita. Mula-mula busuk dan akhirnya mati. Apabila akar mati, bagian yang di atas tanah secara konsekuen akan ikut mengering.
Selain menghasilkan ketiga zat tersebut, daun masih dapat menghasilkan lain-lain zat, misalnya vitamin B1 yang berfungsi sebagai zat penumbuh akar, berbagai jenis enzim, dan sebagainya.
Khususnya pucuk ranting dapat menghasilkan zat auksin, sejenis hormon nabati yang berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan. Hormon auksin ini disalurkan ke arah bawah dan apabila mengumpul pada ketiak-ketiak daun yang ada kuntumnya, maka hormon ini akan berfungsi sebagai zat penghambat tumbuh yang dalam Bahasa Belanda disebut remstof. Remstof ini akan aktif kembali bila produksi auksin dari pucuk terhenti, misalnya karena dipangkas.
Dari uraian yang singkat tersebut dapat disimpulkan, bahwa bila pertumbuhan pucuk senantiasa terhadang sebagai akibat dari pemangkasan, maka tanaman akan sangat kekurangan hormon pertumbuhan. Perakarannya pun terbatas. Namun kehidupannya tetap bertahan karena tanaman masih dapat menghasilkan vitamin B1 dari daun yang sudah tua.
Pengendalian produksi hormon auksin ini merupakan salah satu faktor untuk memperlambat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil.
Selain itu, daun pada tanaman bonsai juga berfungsi sebagai pembentuk nilai seni, sehingga pada saat melakukan pemangkasan daun juga hurus memperhatikan keindahan tanaman.
Fungsi akar pada bonsai
Fungsi akar yang utama adalah untuk menyerap zat-zat mineral yang larut dalam air dari tanah. Zat-zat mineral ini pada umumnya diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Air yang diserap bersama zat mineral diperlukan untuk fotosintesis. Tanaman yang kekurangan air akan kelihatan layu, terutama bagian-bagian yang masih relatif muda. Zat hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman adalah nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), Sulfur (S)dan sebagainya. Zat ini harus berada di dalam media dengan jumlah yang memadai. Kekurangan zat-zat tersebut dapat dipenuhi melalui pemupukan. Sewaktu ranting aktif, umumnya akar beristirahat. Maka dalam memindahkan tanaman dari pot yang lama ke pot yang baru sebaiknya sewaktu akar sedang aktif. Karena saat akar aktif tidak ada kuntum yang tumbuh dan ranting-ranting barupun tidak terbentuk.Bibit bonsai atau bakal bonsai
Bibit bonsai dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya adalah:- biji yang khusus disemaikan atau dari semai yang ada di alam bebas,
- stek atau cangkok, yang pembuatannya memerlukan sedikit keterampilan,
- okulasi, sambung, dan
- bongkah-bongkah tanaman yang masih bertunas dan masih kelihatan bertahan untuk hidup.
- Semai Bakal BonsaiBibit bonsai yang berasal dari penyemaian memiliki kelemahan yang cukup signifikan. Kelemahan tersebut berkaitan dengan waktu pemeliharaan yang cukup lama sehingga bisa menurunkan semangat atau gairah untuk membentuk tanaman bonsai. Tidak cukup dibutuhkan waktu satu atau dua tahun untuk menjadikan tanaman yang berasal dari bibit semai memiliki daya tarik dalam seni bonsai. Mungkin akan memakan waktu lima hingga limabelas tahun. Hal yang sangat menjemukan tentunya. Namun, bibit bonsai yang berasal dari persemaian ini memiliki nilai tambah tersendiri terutama bagi pembuatnya. Waktu pemeliharaan yang begitu lama dapat memberikan sebuah kepuasan atas penciptaan karya seni yang tidak terhitung nilainya.
- Stek, Cangkok, Okulasi, dan sambung untuk tanaman bonsaiMenyetek, mencangkok, dan membuat okulasi merupakan seni sendiri. Menyetek dan mencangkok dapat menghasilkan tanaman baru dalam jangka waktu yang relatif singkat (1-2 bulan). Sedang membuat okulasi membutuhkan waktu lebih dari 1 tahun.
- A. Stek
Sebelum praktek membuat stek perlu disadari bahwa tidak setiap jenis tanaman bisa distek. Dikenal 3 jenis stek untuk bibit bonsai, yaitu stek lunak, stek setengah lunak, dan stek keras.
Perbedaan antara tiga jenis stek tersebut adalah sebagai berikut.- Stek lunak dibuat dari pucuk ranting/cabang muda yang masih dalam masa tumbuh,
- Stek setengah lunak dibuat dari ranting/cabang yang sudah berhenti pertumbuhannya dan mulai menua batang maupun daunnya. Tetapi, batangnya masih belum mengayu. Umurnya tidak kurang dari satu tahun, berukuran sebesar pensil, dan masih berdaun.
- Stek keras adalah dahan yang sudah berumur tak kurang dari satu tahun, berukuran sebesar pensil dan masih berdaun.
- Siapkan media berbentuk campuran kompos halus dan pasir yang bersih dari lumpur. Dapat juga dipergunakan serbuk gergaji kayu. Perbandingan antara pasir dan kompos adalah 1 : 1.
- Masukkan media di dalam pot atau bak dari kayu yang kedalamannya minimum 10 cm. Isi pot atau bak hingga 3 cm di bawah bibir pot atau bak.
- Kemudian basahi media dalam pot dengan air yang bersih dan biarkan air yang berlebihan mengalir keluar.
- Untuk stek lunak dan setengah lunak, potong ranting sepanjang 10-12,5 cm di bawah tangkai daun. Diameter stek ± 0,5 cm. Buang daun bagian bawah, kurang lebih setengah dari seluruh daun.
- Untuk stek keras panjang ranting atau dahan 15-20 cm, dan dipotong di bawah bagian setengah lunak di atas kuntum daun, sedangkan di bagian bawah dipotong di bawah kuntum daun. Paling sedikit 3 helai daun dibiarkan di atas bagian atas stek. Daun yang lebar dipotong setengahnya.
- Manfaatkan zat perangsang tumbuh (ZPT) dalam bentuk tepung atau cairan. Masukkan 2-3 cm pangkal stek ke dalam zat tersebut.
- Masukkan pangkal stek ke dalam media.
- Kerudungi stek dengan plastik yang tembus sinar, setelah sebelumnya disemprot dengan sprayer.
- Letakkan di tempat yang teduh.
- Bila dalam waktu 1 minggu daun pucuknya masih segar, kemungkinan besar stek akan berakar.
- Bergantung pada jenis tanaman, umumnya pada umur 1 bulan atau lebih stek sudah dapat dipindahkan ke dalam pot individu.
- Dalam pot individu ini stek dibiarkan tumbuh hingga cukup besar untuk dijadikan bonsai. Usahakan jangan sampai semaian stek ini mengalami kekeringan, jaga kelembapannya. Namun, jangan sampai terlalu banyak air. Pada umumnya stek keras lebih lama mulai berakarnya.
- B. Cangkok
Untuk membuat cangkok pilihlah dahan minimal sebesar pensil atau ibu jari, dan kulitnya mudah dikelupas (tidak lengket).
Teknik membuat cangkok :- kupas kulit dahan selebar 3-5 cm,
- buang lendirnya dengan cara mengikis atau melap dengan kain yang kering,
- kemudian tutup lukanya dengan mos yang sudah dibasahi atau ditutup dengan campuran tanah yang remah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1,
- balut mos atau tanah dengan lembaran plastik, dan ikat baik-baik di bagian atas dan bawah,
- lembaran plastik dilubangi dengan jarum agar terjadi peredaran udara.
Bila perakaran sudah cukup banyak maka cangkok dapat dipotong di bagian bawah. Saat memotong ialah tunggu hingga dahan tidak mengeluarkan tunas baru. Cangkok kemudian disemaikan di dalam pot, dan usahakan jangan sampai akarnya rusak sewaktu dibuka pembungkus plastiknya. Siram semaian cangkok ini dan tempatkan di tempat yang teduh. Bila tidak ada kendala dalam waktu satu bulan kemudian, cangkok sudah dapat dijadikan bakal bonsai. - C. Membuat okulasi
Bagi yang telah biasa, melakukan okulasi tidaklah merupakan suatu masalah yang pelik. Tetapi, tidak demikian halnya bagi seorang pendatang baru yang ingin berkecimpung dalam seni bonsai dan harus memulai dengan melakukan okulasi sendiri.
Bibit okulasi terdiri dari dua bagian ialah batang bawah (onderstam) dan batang atas (entrijs)
Kedua bagian ini diperoleh dari tanaman yang genus, famili, atau varietasnya sama. Biasanya batang bawah merupakan semaian biji. Rata-rata umur batang bawah bisa diokulasi bila sudah berumur 1 tahun. Entres yang baik adalah ranting yang sudah kelihatan agak mulai menua, bentuknya agak bulat, warnanya hijau agak keabu-abuan, dan kulitnya tidak melekat pada kayu.
Langkah-langkah dalam okulasi- batang pokok dibersihkan dari ranting 15 cm di atas tanah.
- Buat irisan kulit 10 cm dari atas tanah selebar 8 mm dan menurun sepanjang 4 cm,
- Tarik irisan kulit ke bawah, sehingga berbentuk seperti lidah, kemudian potong setengahnya.
- Iris mata dan dahan entres dengan sedikit kayunya, sepanjang 4 cm. Kerat bagian atas 1 cm di atas irisan mata agar merata sehingga tepat melekat pada keratan pohon pokok.
- Angkat kayu perlahan-lahan tanpa merusak mata tunasnya.
- Kulit yang bermata tunas ini dimasukkan antara kayu dan lidah kulit batang pokok, lalu lekatkan kembali. Usahakan matanya tidak tertutup.
- Balut dengan tali rafia seerat mungkin.
- Rata-rata 2 minggu setelah penempelan, kulit dengan mata tunasnya sudah melekat pada batang pokok. Tali rafia sudah dapat dibuka. Tanda okulasi berhasil ialah bila kulit dan mata tunas kelihatan masih hijau.
- Biarkan 3-5 hari. Apabila mata tunas masih tetap hijau, ini berarti mata tunasnya akan tumbuh.
- Kerat batang pokok dengan gunting pangkas sedalam setengahnya rata-rata 3-5 cm di atas penempelan.
- Lengkungkan pohon pokok
- Dengan sistem ini, yang diberi nama sistem lopping, tunas pada okulasi akan sangat cepat tumbuhnya.
- Bila tunas okulasi sudah tumbuh mencapai 15-20 cm tingginya, potong pohon pokok yang menyorong di atas tempat tempelan.
Perawatan selanjutnya
- A. Stek
- Jenis-jenis Tanaman Untuk BonsaiTanaman yang sesuai untuk bonsai pada umumnya termasuk keluarga besar dikotil atau keluarga tanaman berkeping dua. Namun, dari keluarga monokotil ada juga yang cukup menarik dijadikan tanaman kerdil misalnya jenis-jenis bambu, bambu jepang (Bambusa glaucescens), bambu kuning (Bambusa vulgaris var. striata), dan bambu hitam (Gigantochloa atraviolarPn), serta kelapa gading (Cocos nucifera).
Pada umumnya jenis tanaman yang dipilih dan dapat menyesuaikan diri dengan baik untuk seni bonsai ialah tanaman yang berdaun dan berbunga; berdaun, berbunga, dan berbuah; serta berumur panjang.
Di luar negeri banyak dimanfaatkan jenis-jenis Conifer. Jenis-jenis Conifer ini juga sudah banyak ditanam di seluruh Indonesia, di dataran rendah, maupun dataran tinggi, misalnya Juniperus sp., Larix sp., Pinus sp. (P. mercusii), Thuya sp (C.glabra, C. sempervirens), Cedar dan Abies concolor.
Jenis-jenis tanaman khas Asia yang telah sering dibonsaikan adalah:- beringin (Ficus benyamina, Ficus varigata, dan sebagainya)
- getah perca (Ficus elastica)
- lo atau elo (Ficus glomerat)
- kawista (Feronia lucida dan F. elephantum)
- sawo kecik (Manilkara kauki)
- sawo duren (Chrysophylum cainito)
- sawo biasa (Agras sapota)
- cerme belanda (Eugenia uniflora)
- jambu biji var. kerikil (Psidium cujavillus Burm)
- jeruk kingkit (Triphasia aurantiola, T. trifolia)
- Carissa carandas
- juwet kerikil (Euginia cumini sp. )
- nam-nam atau puki anjing (Cynomertra caulidolia)
- Myrthe sp.
- bugenvil (Bougainvillea sp. )
- Azalea
- kaca piring (Gardenia augusta)
- kayu putih (Eucaliptus sp. )
- huru batu atau puspa (Schima noronhae)
- kayu manis hutan (Cinnamomum iners)
- cempaka kuning (Michelia champaka)
- asam (Tamarindus indica)
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar