REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR Perilaku hemat listrik tak hanya sekadar menghemat energi, namun juga selaras dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, menghemat pemakaian listrik bagian dari dakwah dengan perbuatan (bilhal).
"Dalam ajaran Islam, ada 2 hal yang dilarang, yaitu israf (berlebih-lebihan) dan tabzir (boros). Intinya, umat Islam dilarang berlebih-lebihan dan jangan boros, karena hal ini tergolong perbuatan yang sangat dibenci Allah SWT", ujar Ustaz Hasan Basri Tanjung MA, Ketua Yayasan Dinamika Umat (YDU) Sabtu (11/2/2012) di Parung, Bogor Jawa Barat.
Penjelasan Ustaz Hasan Basri Tanjung tersebut disampaikan pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Sosialisasi Hemat Energi di Perguruan Bina Ilmu Parung, Bogor. Kegiatan yang dihadiri sekitar 300 undangan ini mendapat dukungan Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral).
Acara peringatan Maulid Nabi SAW itu juga dihadiri Kepala Desa Parung Imran Nasel dan sejumlah tokoh masyarakat Parung tersebut juga diisi penjelasan pentingnya hemat listrik oleh Bambang Dwiyanto, Senior Manajer Komunikasi Korporat PT PLN kantor Pusat dan Yaya Wasria, Supervisor Administrasi PLN Rayon Parung.
Menurut Ustaz Hasan Basri Tanjung yang sehari-hari dikenal sebagai dosen Universitas Djuanda (UNIDA) Bogor, jauh sebelum PLN mengingatkan agar masyarakat Muslim hemat energi, Nabi Muhammad SAW sekitar 1400 tahun yang lalu telah mengingatkan pentingnya berhemat dalam keseharian.
"Zaman Nabi Muhammad saw belum ada listrik. Namun beliau mengingatkan agar umat Islam berperilaku hemat dalam makanan, minuman apalagi yang lainnya", tandas Ustaz Tanjung.
Bambang Dwiyanto mengungkapkan ajakan hemat listrik terus disampaikan PLN. Sebab, meski sebenarnya bisnis PLN jualan listrik, namun untuk sebagian konsumen masih harus disubsidi karena harga jual lebih rendah dari biaya produksi. Padahal PLN juga mendapat tugas untuk membangun jaringan baru untuk masyarakat yang belum mendapat aliran listrik.
Sumber
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar