Ternyata kedatangan Maitreya yang diramalkan sang Buddha adalah Nabi Muhammad

Bookmark and Share

Buddha Gautama di dalam Secred Books of the East, jilid 35, halaman 225 ada menyebutkan:
“Aku bukanlah satu-satunya (Buddha) saja. Selepas aku akan lahir seorang Buddha lagi yang dikenali dengan nama Maitreya. Dia akan memiliki banyak sifat yang mulia dan utama. Kalau anak murid aku beratus-ratus anak murid Maitreya tersebut beribu-ribu.”

Pernyataan ini begitu tenar sehingga beberapa misionaris Kristen menisbahkan kepada Yesus. Pendeta Hindu menisbahkan untuk Shankara Acharya, dan kaum Teosofi mencoba sebisa mungkin untuk menggunakannya bagi seorang Krisna Murti. Namun sayangnya, mereka gagal dalam menyesuaikan tanda-tandanya dengan seorang Maitreya.

Buddha berasal dari kata Sansekerta. Artinya adalah seorang yang bangkit, terbangun, cerdas, pandai, bijaksana, tercerahkan, dan sebagainya. Atau bisa juga berarti seorang laki-laki sempurna, yang telah mencapai ilmu kebenaran dan ketulusan, serta seorang yang telah keluar dari kegelapan dunia kepada cahaya.

Sesungguhnya, asal kata buddha adalah dari kata Arab bath, baatha dan tabaath, yang berarti dia membangkitkannya, menarik hatinya, atau meletakkan dia dalam gerakan atau tindakan. Baethun dan beath berarti seorang lelaki yang dikarenakan kegelisahan atau kesedihannya telah membangunkannya dari tidurnya.

Kata bath di dalam Al Qur’an menyatakan tentang Nabi Muhammad SAW:
“Dialah yang membangkitkan (baatsa) di kalangan bangsa ummi seorang utusan di antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, dan menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun mereka benar-benar dalam kesesatan yang terang.” (QS Al Jumuah ayat 2)

Sedangkan perkataan Maitreya (bahasa Sansekerta) atau Metteyya (bahasa Pali), berarti yang memiliki sifat kasih sayang, belas kasihan, baik atau pun murah hati. Dapat juga bermakna kepada seseorang yang pemurah dan mesra (penuh kasih sayang). Perkataan Arab yang membawa makna yang sama adalah rahmat.

Kata rahmat di dalam Al Qur’an juga berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW:
“Dan tiadalah kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi sekalian alam.” (QS Al Anbiya ayat 107)

Perkataan Muhammad dapat dieja menjadi Mahomet (bahasa Pali) atau Mahamet (bahasa Sansekerta).

Maho (bahasa Pali) dan Maha (bahasa Sansekerta) berarti sangat baik atau sangat besar atau agung atau termashyur. Sedangkan akhirannya Metta berarti belas kasihan atau rahmat. Dengan demikian, keseluruhan arti dari rangkaian kata Mahomet atau Mahamet adalah rahmat yang agung atau rahmat yang termashyur.

Di dalam bukunya, yang berjudul Muhammad dalam Kitab Suci Dunia, Maulana Abdul Haque Vidiarthy (1888—978 M), menuliskan:
“Mereka yang terbiasa dengan terminologi Kitab-kitab suci Hindu tahu bahwa ada seorang peramal Weda bernama Atrey yang berarti ‘bukan tiga’ (Nirukt 3:17), karena itu, Maitreya berarti tiga Ma atau tiga M. Dan satu-satunya nabi ataupun tokoh spiritual terkemuka setelah Buddha Gautama, yang memiliki tiga Ma atau tiga M di dalam namanya adalah Muhammad SAW.”

Sumber

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar